Bau busuk apa ini? Sangat tidak nyaman dan jauh dari rasa hangat. Dingin dan begitu banyak yang berterbangan. Mereka siapa? Tak pernah aku melihat mereka sebelumnya, begitu bising ditelinga. Aku lapar, kenapa tak ada lagi yang memberiku makan, melalui ari-ari pusaran? Aku ini dimana? Sangat berbeda dengan sekitarku sebelumnya yang hangat. Disini begitu dingin dan berbau. Aku benci mereka yang berterbangan menghinggapiku, jilati tubuhku. Aku mulai menggigil. Warna kulitku tak lagi merah dan sepertinya akan menjadi biru. Inikah dunia yang menungguku? Kenapa begitu buruk dan berbau? Kau dimana? Aku lapar, aku ingin cicipi puting susumu, mana? Apa aku harus menunggu lagi untuk melihatmu? Jika iya, jauh lebih baik aku menunggu, tenggelam dalam air ketuban karena dunia yang dijanjikan jauh lebih buruk, sama, tak melihat rupamu, tanpa puting susumu. Sekarang aku benar-benar membiru. Cahaya apa itu? Silau, meski mataku belum begitu jelas melihat dan terbuka lebar. Tiba-tiba saja aku melayang, hampir terbang seperti mereka tadi yang menghinggapi, jilati tubuhku. Lihatlah, tubuhku tertinggal dibawah, tubuh yang masih basah karena darah. Kau kah yang membawaku atau Tuhan yang kutemui beberapa bulan lalu?
Sabtu, 22 Oktober 2011
Sabtu, 08 Oktober 2011
Aku masih perempuan
Aku masih perempuan, sampai kapan pun aku masih perempuan. Aku suka ke salon, remajakan karunia yang rapuh, kecantikkan. Aku masih cantik, sepanjang penilaianku dalam kaca. Aku masih feminin, suka hak tinggi dan rok mini. Aku masih seksi, sepanjang mata lelaki terpancing birahi. Tapi ada hal yang tertutup rapi dibalik semua kata "masih" tadi.
Setiap kali aku bertemu dengan sesuai seleraku, aku tak lagi perempuan dan tak mungkin juga bukan. Aku punya kekasih dan itu susah sekali didapati. Aku sadar banyak yang "bukan" datang menawarkan hati untuk dilabuhi, tapi aku perempuan dan mereka "bukan". Apa masalahnya? Itulah masalahku.
Aku tidak gila, aku tidak sakit, aku masih perempuan. Aku tidak berharap siapapun untuk paham, aku hanya ingin hargailah hak setiap orang dalam pilihannya, alasannya.
Aku marah, saat pandangan mata sinis yang tahu gerak-gerikku dalam interaksi antar sesama, yang tahu aku masih perempuan tampilan luar, yang tahu aku bukan seorang "bukan". Aku benci, saat cercaan moral terbawa oleh pandangan mata mereka. Kemarikan bibirnya! Supaya aku bisa menghentikannya. Aku kesal, saat memandangku sebelah mata, mana sebelah mata lainnya? Buta seketika dengan cercaan mereka. Hey! Tidak ada satu pun orang yang mau punya predikat "masih" dan itu berarti tidak ada yang berhak menghakimi. Jangan bawa kata-kata dosa, karena aku yang menanggung semua, karena aku masih perempuan. Aku tidak salah, tidak menyalahkan siapa saja, hanya saja saat menjadi perempuan, pengalamanku dan diriku yang tidak biasa.
Aku ingin sembuh meski tidak sakit, aku ingin waras meski tidak ada gangguan jiwa, aku ingin menjadi perempuan (lagi). Tapi aku cinta kekasihku saat ini yang jauh lebih pahami aku sebagai perempuan terlepas dari kata "masih" tadi, secara manis dan manusiawi. Apa karena kami sama-sama masih? Entahlah, aku juga tidak bisa memastikannya secara logika dan pandang mata biasa, secara mata hati berdua saling pandang, kami jelas berbeda dan itulah indahnya masih-cinta-masih. Tidak ada lontaran kata-kata kasar, tidak ada kekerasan yang sering aku temui saat menonton berita setiap pagi sebelum pergi bekerja.
Dan lagi-lagi itulah yang aku suka, jatuh cinta yang tidak biasa. Andai aku bisa teriak keras disini sekarang, aku hanya ingin katakan bahwa "Aku masih perempuan!".
Selasa, 04 Oktober 2011
Lingerie..
Layaknya perempuan lain, aku tak bisa tanpa itu. Setiap hari setelah mandi harus berganti, terlebih saat ingin membaringkan tubuh untuk tidur dikasur empuk berbalut bed cover berwarna biru kesukaan. Tapi ada beberapa dari itu yang sangat tidak aku sukai, dimana itu yang kukenakan saat melakukan "Atas nama cinta" bersama laki-laki yang tidak menghargai itu sama sekali. Ingin sekali aku buang, tapi lagi-lagi aku ragu karena aku juga menyukai itu, yang tidak aku suka hanya kenangan buruk setelahnya saja. Tiap kali sehabis mandi, rasanya aku enggan berganti, membuka lemari kecilku yang dipenuhi itu. Warnanya yang teduh, sentuhan serat-serat halus, selalu menggodaku untuk mengenakan itu dan segera buatku ingat dengan kenangan buruk itu. Jadi aku harus kenakan apa? Apa harus aku kenakan sesuatu yang identik dari laki-laki? Apa harus aku diam-diam, memakai kepunyaan ayahku? Itu ide yang buruk, yang tidak juga menyelesaikan masalahku.
Itu benar-benar memusingkan kepalaku, sehari tiga kali berganti, setiap hari terus sepeti itu. Sudah lebih dari 7 tahun sejak aku melakukan kebodohan itu, kali kan saja berapa banyak aku berganti sehabis mandi, sebelum pergi tidur malam hari. Sebanyak itu juga kepalaku serasa ditikam belati berulang-ulang tanpa henti. Aku lelah sekali..
"Atas nama cinta" tidak seindah lagu dari Rosa, tidak hanya sebuah rayuan. Sebenarnya hanya 3 kata yang sangat ampuh untuk menikmati dan menyetubuhi target yang diinginkan, gratis tanpa mahar, tanpa kesepakatan janji suci depan saksi.
Senin, 03 Oktober 2011
Diriku, ya milikku
Aku yang miliki semua ini, aku yang berhak atas apapun yang ada dalam diri. Semampunya aku senikan diri, nikmati tubuh ini. Aku perempuan, aku indah, aku nyaman. Cantik tak perlu mewah, cantik tak harus telanjang, cantik itu aku, cantik itu apa adanya aku. Kekurangan tak jadikan aku lemah, batasan moral tak buatku berhenti berkarya. Urusan dosa tidaknya hanya Tuhan dan aku yang menanggungya.
Aku dan Cakela
Cakela, dimana kalian bisa menemukanku setiap malamnya. Aku akan tampil secantik yang aku bisa. Aku akan lakukan apa yang kalian inginkan, selama nominalnya sesuai, meski itu bukan aku dan kemauanku sebenarnya. Aku, dan aku sebenarnya berbeda. Disana hanyalah tempat aku mencari lembaran yang buatku terjebak. Bukanlah kenikmatannya yang aku cari tapi demi dia yang selalu tertidur saat aku pergi, saat seperti ini. Dia tak pernah tahu, dan jangan pernah tahu akan ini. Semua ini hanya untuk senyuman demi senyuman setiap menatapnya, setiap memeluknya, begitu menyenangkan sambutannya, "Ibu......." teriaknya dengan senang setiap kali aku pulang.
Hentikan!
Memburainya tangisan darah saat berada dalam ceritanya, muntahan akan kerasnya dukacarita kehidupan, tak berarti kami pantas untuk berada dibawah. Meski dia penuh kasih sayang, dia tak cukup sangar tapi dia tak pantas atas perkataan keras, perlakuan kasar. Hentikan!
Kami adalah Perempuan
Kami dan laki-laki adalah sama, akan selalu sama. Hanya vagina dan penis lah yang membuat kami beda hanya sebagai alat produksi atas kami dan laki-laki selanjutnya. Seperti apa kata Tuhan "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia". Kami adalah pelengkap, kami adalah ciptaan terindah yang pernah ada, karna kami adalah perempuan.
Minggu, 02 Oktober 2011
Benang merah..
Aku sendiri pun tak lagi paham dengan diri ini, begitu banyak yang menggalaukan.
Aku seperti kehilangan ide untuk menulis sebuah perasaan yang sedang dialami.
Ini apa kalau bukan menulis?
Terkadang ada beberapa hal yang tidak sesuai dan bahkan terjangkau oleh gumpalan darah sebesar genggam tangan ini.
Hati mana bisa berpikir?
Itulah permasalahan malam ini.
Aku kembali dirumitkan dengan helaian panjang benang merah yang sebenarnya tak pernah aku pintal sebelumnya.
Apalagi untuk menjadikannya selembar kain, bahkan terpikir saja tidak.
Jadi darimana datangnya benang merah itu?
Ya, mungkin saja punya seorang tukang permak levis dan terbawa olehku saat aku mendatangi untuk membenahi jahitan celana jeans andalanku.
Lagi-lagi sepertinya tidak mungkin.
Membingungkan, mau diapakan benang merah yang merumitkan ini?
Langganan:
Komentar (Atom)

