Jumat, 22 Juni 2012

Ini bukan sajak; adalah hal-hal yang tak selesai

Rasa ini sungguh tak lazim, menzalimi diri sendiri, membahagiakan yang tak paham arti.

Jangan pernah lagi datang, meski hanya sekelibat dalam mimpi, sedetik dalam dekapan.

Mimpi adalah kota kita, di mana aku bisa menata kita; hati dan masa depan bersama.

Kau yang hadir dalam bunga tidurku, memecah ketenangan alam bawah sadarku. Sakitnya, lebih indah dari semua itu.

Seandainya, kenangan sesederhana foto dalam dompet.

Semenjak kita tak lagi seranjang, tak ada yang lebih pagi dari embun di ujung dedaunan.

Telah kubawa pulang, purnama. Bukan bulan, melainkan binar mata, yang menenangkan duka.

Saat kerinduan tak lagi memecah keheningan, pertanda bahwa ketiadaan telah biasa.

Saat kesedihan jauh lebih dalam dibanding ketabahan, sudah saatnya kaburkan, kuburkan!

Saat kewajaranku telah lelah, sudah saatnya kesengajaanku bermula.

Adalah benar, keputusanku untuk bersikap seperti itu; berpura-pura tak mencintaimu.

Hujan, samarkanlah basah mataku.

Kemerahan setengah tenggelam, gelap mendekap bulan perlahan. Kuning gading, maukah kau memeluk rinduku yang mulai menghitam?


Kekasihku, jangan terlambat, telah kutitipkan rindu berlilit pita merah jambu pada cahaya kuning gading, esok pagi.



Aku tenang, mendengar denyut hujan, mengkhayalkan ada sepasang tangan yang berputar mengelilingiku, memelukku dari segala penjuru.



Jika dekat hanya sekadar dekat, apalah guna kabar yang kuibaratkan sebuah pelukan?



Jika kau tak paham atas sajak-sajakku, pejamkan matamu, ciumanku akan menerjemahkannya padamu.



Aku ingin menjadi bunga daisy untukmu, nyatanya, aku bagimu adalah bunga tulip hitam yang hampir layu.



Biar kukunyah duka yang tak lagi sanggup kautelan sendiri, sebab dengan cinta, dapat kutelan mentah-mentah.



Merokok dapat menyebabkan nyeri dada, tak lebih nyeri dari menahan rindu; sebab abu adalah kesia-siaan.



Perempuan penyuka kopi, menjatuhkan kenangan di atas cangkir kopi



Telah kutitipkan rindu pada senja, esok, jika kau sempat, sapalah ia sejenak saja.



Seandainya jatuh cinta bisa dikendalikan, mungkin cuma lecet dan sakit sekadarnya.



Tidur adalah cara kecil untuk melupakanmu, sejenak, tak berhasil dan kau datang, menyelam dalam mimpi tidurku.



Aku ingin pulang, bersama daun gugur yang kau jatuhkan. Aku akan kembali datang, bersama musim semi yang selalu kaunantikan.



Entah aku yang terlalu sibuk merindukanmu atau kau yang terlalu dalam meletakkanku dalam hatimu?



Tak banyak harapan yang kutitipkan pada balon-balon yang akan kuterbangkan, cukuplah untuk memancing hujan semalam.



Jika rokok dan kopi adalah takdir yang ada untuk merusak jantungku, maka malam dan setumpuk kenangan yang kautinggalkan adalah kefanaan.



"Berapa lapis? Ratusan." adalah mewakili perhitungan kasar atas rindu yang tak pernah kuhitung dengan sabar.



Sehidup, semati; kukunyah renyah rindu ini, enyahlah kita, setelahnya.



Malam selalu pandai mengajarkanku bagaimana cara berdiam, dengan hikmat, mendengar detak-detak kerinduan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coldplay - The scientist

 

Blog Template by YummyLolly.com