Sejak itu, takdir memaksa seorang perempuan penyuka kopi untuk terbiasa memintal kewajaran menggunakan jarum sapaan, menikmati kenangan yang ia sebut percakapan tengah malam. Iya, percakapan tengah malam adalah kenangan, yang ia jatuhkan di atas secangkir kopi hitamnya, makin ia sesap, makin getir duka yang melekat. Meski tadinya ia memahami sapaan bukanlah masalah besar, yang dapat membuatnya takut, hanyalah ketiadaan denting tanda pesan, hanya itu. Seperti keheningan yang ia taburkan di atas secangkir kopi, sebelum ia mengenal apa itu kenangan, adalah percakapan tengah malam.
Ia pernah berjanji pada hujan gerimis tipis yang membelah sunyi, awal tumbuhnya kenangan yang telah ia nikmati selama ini. Apa janjinya? Tidak ada yang tahu. Tapi, siapapun yang melihat saat ia mendaratkan bibir tipisnya, menyeruput kopi hitam pahitnya, begitu dalam ia menikmati kegetiran kopinya, dapat menerka-nerka apa janjinya. Iya, janjinya adalah setia pada getir kenangan.
Malam mulai menjemput senja melangkah pergi, memunggungi perempuan penyuka kopi. Sekuatnya ia mengatakan bahwa ia tak bersedih, namun matanya yang teduh tak dapat menyembunyikannya, bahkan pada dirinya sendiri. Apa yang membuatnya begitu sedih? Adalah malam, yang akan membawanya pada lautan kenangan, sekali lagi, kenangan adalah percakapan tengah malam. Sebab, dinding telah bosan memandangnya, mendengar semua celotehnya tentang kesukaannya tidur di bawah jendela kamarnya, merelakan tubuhnya disentuh oleh angin malam, menerobos masuk ke dalam pori-pori kulit hitam manisnya. Kerelaannya menikmati nyeri tulang adalah cara kedua yang paling sederhana menyembunyikan duka, setelah kerelaan yang ia teriakan pada kenangan adalah sebuah wacana.
Tanpa ia sadari, fajar telah datang bersama nyanyian ayat-ayat keagungan. Sejenak, setelah ia lama berdiam, ia pun berkata "Fajar, jika dengan tertidur, aku dapat menyembuhkan luka, hantarkanlah aku pada hamparan pasir impian untuk menepi dari lautan kenangan, sejenak saja, dan izinkan aku memunggungi dinding dan jendela tanpa aku menyadarinya."
Secangkir Kopi hangat....
BalasHapusmantap
Salam :)
BalasHapus