Sabtu, 16 Juni 2012

Setahun

Aku yang telah tinggal, setahun. Masih sama, duduk di sisi jendela kamar bersama senja dan secangkir kopi pahit. Menunggu merpati datang mengantarkan surat kerinduanmu. Entah kenapa, kopi hari ini jauh lebih pahit dari biasanya, dengan takaran yang sama. Curiga, tanpa sadar kutuangkan kenangan di atasnya atau hati telah beralih fungsi menjadi indera perasa; lidah. Bisa saja, atau hanya perasaan saja, sebab hati dan lidah sama-sama perasa. Sebab aku telah terlanjur, terbiasa, dan akhirnya mencintai getir kopi, aku tetap menikmatinya. Menikmati kesunyian, serupa pisang goreng sebagai teman menyeruput kopi di sore hari.

Angin menggoyangkan ilalang, seolah menghiburku dari kejauhan, dan mengirimkan harum bunga kenanga, bukan kenangan. Kemerahan pun setengah tenggelam, pertanda malam telah mendekap perlahan pada pangkuan sang rembulan. Anak-anak ayam dan induknya berjalan pulang ke kandang. Bagaimana dengan merpati? Yang kutunggu selama dan seluas senja, tak kunjung datang. Tersesatkah? Yang kutakutkan adalah salah alamat. Sebab aku yakin ada, meski rindumu hanya seujung kuku. Katakan "Ada" untukku, sekali saja.


Masih sama, aku yang telah tinggal, setahun. Memintal kenangan, yang kemudian kusulam menjadi kain, selimut tidurku. Bayangkanlah, sudah berapa banyak luka pada jari-jariku saat memintalnya. Tak seberapa perih, dibanding menunggu gulungan kertas bertuliskan kerinduan, yang kauikatkan pada kaki merpati, yang tak juga sampai padaku. Tak seberapa miris, dibanding kerinduan itu bukan punyaku.

Malam telah datang. Secangkir kopi meninggalkan ampas, menjerat kenangan, mengulangi kepahitan. Sudah saatnya, aku harus mengganti secangkir kopi dengan sekaleng bir, bahkan lebih. Tegukan pertama, untuk seperempat rindu, hingga tegukan selanjutnya; kaleng pertama, habis. Tegukan pertama, untuk setengah rindu, hingga tegukan selanjutnya; kaleng kedua, habis. Tegukan pertama, untuk semua rindu yang tak hingga, yang tak kutahu sampai kapan kumampu melakukannya; kaleng ketiga, mungkin yang terakhir, habis. Yang habis, adalah persediaan birku atau waktuku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coldplay - The scientist

 

Blog Template by YummyLolly.com