Rabu, 11 Mei 2011

That day, I hurt myself.

Beberapa hari yang lalu adalah hari terberatku. Setan datang dan berkata, "Sudahlah, dia tidak mencintaimu. Untuk apa kau berharap sesuatu yang tidak akan menjadi pendampingmu." Aku berusaha tak mendengarnya dengan telingaku, tak melihatnya dengan mataku. Meski aku sangat putus asa saat itu. Berkali-kali aku berteriak, jangan biarkan aku sendiri karna aku tak mau ditemani setan lagi untuk kedua kali! Siang ini aku tidak sendiri, tidak diingini ada ditempat ini. Aku pulang dengan airmata yang kering. Sampainya aku dikamar, kubaringkan badan dan berusaha pejamkan mata yang lelah penuh tangisan. Jemariku tak bisa menahan godaan untuk mengirim pesan elektronik penuh curahan. Hampir 3 halaman dan aku yakinkan untuk kukirimkan padanya, pada orang sangat berharga. Tak lama kemudian balasan datang berisikan tertawaan "Hahahahahaha..". Aku putar akal dan pikiran, apa yang dia tertawakan? Dan kemudian aku tersadarkan bahwa dia tak lagi punyai perasaan, bahkan sedikit saja untuk membaca curahan dengan mata hatinya. Aku kalap, aku gemetar dan langit-langit kamar seakan menjatuhkan dirinya bersama lampu 5 watt yang menerangiku dalam hati yang gelap (Saat itu). Kucoba hidupkan televisi, memcari program acara yang mungkin bisa buatku unutk tertawa dan ternyata tak satupun yang ada. Kuputuskan untuk mendengarkan lagu dalam playlist kesukaan dan tanpa sengaja lagu melow yang terdengar dan buatku makin gemetaran menahan tangisan. Tuhan, ini ujian atau jalan. Jika ujian, bantulah aku mendapatkan jawaban dan jika ini jalan, mungkin aku tidak kuat untuk meneruskan. Sampai 1jam kemudian, aku tidak menemukan satu titik cahaya (Jawaban dari tuhan). Langsung kuputuskan bahwa ini bukan ujian tapi jalan. Sepertinya hanya sampai disini aku sanggup berjalan meski aku sanggup berjalan tanpa pincang, bukan masalah dengan cara berjalan tapi ini seakan merapuhkan tulangku untuk berjalan. Jika aku teruskan, dengan sempurna pun aku gemetaran apalagi jika aku merangkak dijalan bebatuan. Sebelum aku menyerah, satu doa yang aku hantarkan pada Tuhan. "Jika ada jalan yang lebih baik setelah ini, selamatkan aku. Tapi jika tak adal yang lebih baik lagi, biarkan aku bersama disisimu." Potongan logam tajam itu pun yang pertama melukai nadiku, dan ternyata itu tak cukup buatku hilang saat itu (Darah membeku). Dipojokan dinding kamar, berdirilah alat semprot nyamuk yang jarang kupakai untuk membunuh serangga disekitarku dan akhirnya aku mendekat dan meneguknya dalam tenggorokanku. Rasanya dingin dan sedikit sepat. Tak lama setelah itu, aku pun belum ada rasa yang aneh ditubuhku dan untuk yang terakhir aku kirim pesan elektronik pada teman terdekatku saat itu. Selang beberapa menit suara terdengar memanggilku dari depan pintu rumahku. Dan ternyata pacar dari teman terdekatku. Ketukkan pintu yang cukup keras dan terus memanggilku, lagi-lagi dengan gemetar aku menahan tangisku agar tak terdengar olehnya. Sampai akhirnya begitu banyak orang diluar, dan memintaku untuk membukakan pintu dan memastikan aku masih dengan keadaan tersadar. Serontak aku tersadar, apa ini jawaban dari doa yang terakhir aku hantarkan. Mungkin ini awal dari jalan terbaik yang akan diberikan. Dengan lemas aku berjalan mendekati pintu, memutar kunci dan handle pintu untuk bertemu mereka yang menyadarkanku. Memeluknya yang pertama kulihat depan mata, terimakasih untuk kesempatannya.

Saat seperti itulah baru merasakan bahwa tubuh dan hidupku ini sangatlah berharga, maaf dan terimakasih Tuhan. Itu yang terakhir kalinya.
Sabtu, 16 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coldplay - The scientist

 

Blog Template by YummyLolly.com